VIVAnews - Jumlah utang luar negeri Indonesia sepanjang lima tahun melonjak signifikan sebesar US$ 31,6 miliar atau 22 persen.
Lonjakan itu terungkap dari Buku Statistik Utang Indonesia yang diterbitkan oleh pemerintah bersama Bank Indonesia. Utang ini mencakup utang pemerintah, Bank Indonesia serta data utang swasta.
Berdasarkan data tersebut, jumlah utang luar negeri Indonesia pada 2004 masih sebesar US$ 141,2 miliar. Namun, lima tahun kemudian melonjak US$ 31,6 miliar atau naik hampir Rp 300 triliun menjadi US$ 172,8 miliar. Peningkatan terjadi baik pada utang luar negeri pemerintah maupun swasta.
Namun demikian, buku itu mengungkapkan pada periode yang sama masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, sukses mendongkrak produk domestik bruto (PDB). PDB Indonesia melonjak cukup besar US$ 291,8 miliar atau 113,3 persen menjadi US$ 549,2 miliar.
Kendati secara nominal jumlah utang meningkat, namum ditekankan secara umum beberapa indikator beban utang luar negeri Indonesia telah memperlihatkan perbaikan signifikan. Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB terus menurun.
Pada 1998 tercatat sebesar 150%, kemudian menurun menjadi 54,9% pada 2004 dan menjadi 31,5% pada 2009. Rasio utang terhadap ekspor juga mengalami penurunan secara signifikan dari 179,7% pada 2004 menjadi 121,4% pada 2009.
Pada periode yang sama, debt service ratio Indonesia terlihat berfluktuasi. Pada 2004 debt service ratio mencatat angka tertinggi 30,1%, kemudian terus menurun menjadi 22,7% pada 2009.
Sementara itu, per 31 Desember 2009, rasio total utang pemerintah terhadap PDB menurun tajam menjadi 29%, dari sebesar 47% pada tahun 2005, dan sebesar 89% pada 2000. Nilai rasio utang pemerintah terhadap PDB yang moderat merupakan cerminan dari kebijakan fiskal yang efisien dan berhati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PILIH KATAGORI ANONYMOUS UNTUK BERKOMENTAR