PERTUMBUHAN ekonomi hingga kini belum menggembirakan. Sektor riil yang menjadi penopang kehidupan masyarakat, masih kembang-kempis.
Pengangguran terbuka pun kini sudah mencapai angka 12 juta. Sebuah kondisi yang memprihatinkan dan butuh penanganan secepatnya.
Namun tampaknya, pemerintah kurang agresif dalam merespon kondisi tersebut. Pemerintah justru lebih gesit menangani permasalahan politik, yang justru menyangkut kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Kasus Century belakangan ini tentu membuat wong cilik prihatin, karena semakin dilupakan pemimpinnya. Padahal di saat bersamaan, tekanan persaingan global berada di depan mata, seiring dengan diberlakukan perjanjian China-Asean Free Trade Area (CAFTA).
Sikap pemerintah yang kurang gesit di dalam menangani krisis ekonomi di Indonesia, pada akhirnya semakin menambah penduduk miskin dan menganggur di Indonesia. Bahkan, akibat tingginya tekanan persaingan global, banyak perusahaan yang gulung tikar, sehingga gelombang PHK pun terus berlangsung. Padahal, fakta memperlihatkan, setiap tahun Indonesia memproduksi lebih dari 250.000-350.000 sarjana.
Hal itu jelas menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda untuk turut andil dalam mengatasi krisis yang hingga kini terus menjerat negeri ini. Sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda punya tanggung jawab moril untuk mempertahankan negeri ini dari derasnya tekanan persaingan global akibat adanya pasar bebas.
Melihat lapangan kerja yang semakin sempit, tampaknya generasi muda dihadapkan pada tantangan berwirausaha. Apabila banyak generasi muda yang terjun ke sektor kewirausahaan, niscaya perekonomian dalam negeri berangsur-angsur pulih. Menjadi wirausaha merupakan jalan keluar elegan mengurangi pengangguran dan kemiskinan di negeri ini di tengah lapangan kerja yang semakin sempit atau berkurang. Dengan menjadi wirausaha, berarti generasi muda membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Namun masalahnya, apakah masing-masing generasi muda tertarik menjadi wirausaha? Jika ditilik dari segi minat, sebetulnya banyak generasi muda terutama dari kalangan mahasiswa yang tertarik untuk menjadi wirausaha. Tapi sayang, tak diikuti dengan usaha riil untuk mencapainya. Banyak generasi muda lebih tertarik mengekor, daripada berinovasi kreatif. Banyak yang lebih suka nongkrong atau dugem dan menghamba pada kemalasan.
Modal berharga untuk menjalani bidang kewirausahaan adalah keberanian dan jaringan (networking). Apabila generasi muda malas dan kurang tertarik pada pemunculan ide-ide kreatif, bagaimana bisa untuk berani dan menjalin relasi yang luas. Padahal menurut beberapa ahli, tak ada suatu kesuksesan yang bisa direngkuh tanpa usaha keras. Menurut Andrie Wongso, "Jika kita keras terhadap diri kita, maka hidup kita akan jadi lunak. Namun, kalau kita lunak pada diri kita, maka hidup kita akan jadi keras."
Sedangkan pendidikan kewirausahaan tak terlalu berpengaruh menarik generasi muda terjun menjadi wirausaha atau sukses menjadi wirausaha. Faktanya, masuknya mata kuliah Kewirausahaan ke dalam kurikulum perkuliahan, kurang berdampak signifikan bagi pencetakan wirausaha baru dari kalangan generasi muda. Sebab, seperti biasa, dosen menitikberatkan aspek teoritis, sedangkan aspek aplikatifnya dilupakan. Atau kalau ada aspek aplikatifnya, sangat kurang dan tidak berdampak signifikan untuk menghasilkan kader pengusaha muda.
Padahal, dalam mata kuliah Kewirausahaan, hendaknya pengajaran teori dipangkas dan lebih dititiberatkan pada aplikasi, yaitu dengan mendorong dan mengawal mahasiswa untuk menciptakan ide pendirian usaha yang kreatif.
Melihat kondisi negeri ini yang sudah semakin dilanda krisis, sudah seharusnya kita segera bertindak, paling tidak menjawab tantangan berwirausaha tersebut. Apabila virus wirausaha telah menyebar ke lingkup generasi muda, niscaya negeri ini memiliki modal berharga, paling tidak untuk bersaing dengan negara lain, tak terkecuali negara maju. Alhasil, kita jadi tak dianggap remeh lagi oleh negara lain dan menjadi diperhitungkan oleh negara-negara maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PILIH KATAGORI ANONYMOUS UNTUK BERKOMENTAR